Cloud menawarkan fleksibilitas luar biasa—begitu fleksibel hingga banyak organisasi tanpa sadar menjadi sangat bergantung padanya. Akibatnya, secara perlahan tapi pasti, cloud mengalami pembengkakan.
Studi yang dilakukan oleh CloudZero menyebutkan bahwa 70% organisasi yang saat ini menggunakan cloud tidak mengetahui dengan jelas mengenai detail biaya cloud mereka. Setengah dari organisasi ini sudah melakukan audit cloud untuk menemukan penyebab pembengkakan ini, namun tidak membuahkan hasil. Hal yang sama mungkin juga pernah Anda alami.
Ketika audit cloud tidak membuahkan hasil yang diharapkan, kita cenderung menyalahkan tools atau kurangnya teknologi. Tapi kenyataannya? Masalahnya sering kali bukan karena kekurangan alat—melainkan karena koordinasi internal yang lemah.
Audit cloud bukan hanya soal data, laporan, atau dasbor penuh angka. Di balik semua itu, ada elemen yang sering terlupakan: manusia dan proses. Dan justru di sinilah banyak tim gagal melihat gambaran utuh.
4 Kesalahan Non-Teknis yang Sering Terjadi (Tapi Jarang Dibicarakan)
Audit cloud yang efektif tidak hanya bergantung pada keahlian teknis. Banyak kegagalan justru berakar pada tantangan non-teknis—yang lebih manusiawi, lebih struktural, dan sering kali tidak tercatat dalam checklist audit. Berikut empat jebakan umum yang kerap luput dari perhatian:
1. Silo Anggaran Antar Tim
Bayangkan tim DevOps yang fokus menghadirkan performa terbaik untuk aplikasi, sementara tim Keuangan sibuk mengejar efisiensi biaya. Dua tim, dua tujuan, tanpa jembatan di antaranya. Itulah Silo organisasi.
Silo organisasi adalah keadaan ketika tim, departemen, atau kelompok orang mengalami segmentasi informasi dalam bisnis Anda. Studi yang dilakukan OKRInstitute pada perusahaan dalam daftar Fortune 500 menemukan bahwa silo organisasi memberikan kerugian sebesar 15 juta USD per tahun melalui redudansi sistem, peluncuran produk yang tertunda, hingga konflik antar departemen.
Ketika tidak ada visibilitas anggaran yang dibagikan atau strategi biaya yang disepakati bersama, keputusan penting bisa meluncur tanpa pengawasan. Salah satu dampaknya, Audit pun menjadi setengah jalan karena tidak ada satu pun tim yang benar-benar melihat secara utuh.
Inilah realitasnya. Banyak organisasi yang setiap timnya berjalan dengan peta berbeda, tanpa kompas yang sama.
2. Tagging Tidak Konsisten = Audit Jadi Buta
Cloud tagging adalah sebuah proses yang memberikan tanda metadata kepada seluruh proses yang ada dalam infrastruktur cloud, seperti pada virtual machine, database, bucket penyimpanan, dan lain sebagainya.
Tagging bukan hanya formalitas. Ia adalah fondasi dari atribusi biaya, akuntabilitas, dan pelacakan sumber daya. Tapi dalam praktiknya? Tag sering kali diabaikan atau digunakan secara tidak konsisten karena tidak ada standar yang jelas dan tidak ada yang merasa memilikinya.
Akibatnya, data menjadi tidak lengkap. Banyak sumber daya yang tidak dapat diidentifikasi dengan tepat. Dan ketika audit dimulai, bagaikan mencari jarum dalam tumpukan jerami, namun dengan jerami yang tidak jelas siapa pemiliknya.
3. Laporan Audit Bukan Titik Akhir
Audit selesai. Laporan dikirim. Lalu… diam. Tidak ada tindak lanjut. Tidak ada penugasan. Tidak ada verifikasi progres.
Banyak audit berakhir seperti ini: sebagai dokumen mati. Salah satu kesalahan besar dalam audit cloud adalah menganggap audit sebagai proyek satu kali. Setelah laporan selesai, tim merasa tugasnya selesai. Tapi tanpa langkah lanjutan, siapa yang bertanggung jawab atas tindak lanjutnya, apa timeline-nya, atau bagaimana kita mengukur progres yang sudah dicapai.
Laporan yang tidak diikuti dengan akuntabilitas dan pelacakan berkala, hanya akan memunculkan masalah yang beberapa bulan kemudian. Sesuatu yang tidak diinginkan oleh semua pemilik bisnis. Audit yang baik bukan hanya soal menemukan masalah, tetapi juga memastikan ada perubahan nyata setelahnya.
4. Mengandalkan Data Lama atau Tidak Lengkap
Bayangkan Anda ingin berkeliling Indonesia. Sebagai panduan, Anda menggunakan peta yang dulu semasa SMA. Apakah bisa, tentu, tapi jangan salahkan peta tersebut jika Anda tersesat. Kurang lebih itulah hal yang akan sama Anda rasakan ketika mengandalkan data lama yang sudah tidak relevan.
Banyak tim masih bergantung pada dashboard biaya yang usang, laporan dari pihak ketiga, atau snapshot parsial yang tidak mencerminkan penggunaan cloud secara real-time. Tanpa visibilitas menyeluruh dan data terkini, audit menjadi bias dan tidak akurat.
Sebagai contoh, beban kerja naik drastis setiap akhir pekan. Namun, karena laporan hanya mencakup hari kerja, pola itu tidak pernah terlihat. Hasilnya? Solusi yang diambil hanya menambal sebagian, bukan menyelesaikan akar masalah.
Itulah mengapa audit yang baik butuh data terkini yang mencerminkan kenyataan, bukan hanya angka yang mudah dikumpulkan.
Audit Cloud Bukan Hanya Angka, Tapi Juga Manusia
Audit yang gagal jarang disebabkan oleh teknologi yang buruk. Yang lebih sering terjadi: komunikasi yang terputus, peran yang tidak jelas, dan proses yang tidak dijaga.
Audit cloud Anda terasa mentok? Anda ingin memahami celah teknis dan strategis yang sering luput dalam audit cloud? Panduan lengkap ini dapat membantu Anda melihat apa yang sebenarnya rusak dan bagaimana memperbaikinya.
Biaya layanan cloud Anda tidak terkendali? Mari Kita Atasi Bersama.
Daftarkan Konsultasi Gratis 1:1 Dengan Kami